Minggu, 05 Januari 2014

TEKNIK NON TES DALAM EVALUASI PEMBELAJARAN


Dalam sebuah kegiatan pembelajaran dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan hasil atau informasi tentang sejauh mana tujuan dari pembelajaran yang tercapai. Dalam evaluasi ini meliputi dua aspek yaitu, pengukuran dan penilaian yang dilakukan secara sistematis. Hasil dari evaluasi ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengambil keputusan dalam setiap proses pembelajaran. Kegiatan evaluasi ini dapat dilakukan dengan 2 macam teknik yaitu teknik tes dan non tes. Dalam tulisan ini dibahas tentang teknik non tes.
A.     Pengertian
Teknik penilaian non tes ini yaitu berupa teknik yang dilakukan tanpa menggunakan tes. Penilaian ini berupa pengamatan yang dilakukan oleh subjek evaluasi secara teliti dengan tanpa menguji peserta didik. Selain itu, teknik non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar berupa sikap atau sofa skill yang dikerjakan berdasarkan hasil pengetahuan atau pemahaman objek evaluasi.
Teknik ini menggunakan instrumen sebagai alat penilaiannya, yang dapat berupa angket, kuesioner, penilaian diri dan lain sebagainya. Hasil penilaian ini tidak diinterpretasikan ke dalam kategori benar salah, namun berupa deskripsi tentang sikap peserta didik.
B.     Jenis-jenis
1.      Observasi (pengamatan)
Observasi atau pengamatan ini adalah penilaian yang dilakukan untuk mendapatkan informasi atau data dengan mengadakan pengamatan terhadap objek yang diamati sehingga didapatkan data yang dihimpun secara sistematis. Observasi ini dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi, salah satunya dengan daftar cek. Dilakukan oleh yang mengobservasi atau observer bisa guru atau pengawas atau yang lain, sebagai instrumen dalam menggunakan pengamatan. Selain dengan daftar cek, dapat juga dengan penjelasan secara deskriptif.
Observasi ini bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi suatu keadaan, berupa sikap atau peristiwa yang sebenarnya terjadi atau dibuat-buat. Mengukur perilaku kelas mulai dari interaksi guru dengan murid, sikap murid dalam proses pembelajaran, juga hal-hal yang terjadi dalam kelas. Mengukur atau menilai tingkah laku (sikap).
Karakteristik dari penilaian non tes pengamatan ini yaitu arah tujuannya jelas, bersifat ilmiah (logis, sistematis, rasional), praktis penggunaannya, juga dapat mengamati berbagai aspek yang diinginkan yang berkaitan dengan sikap.
Namun begitu, observasi ini mempunyai kekurangan juga kelebihan. Kelebihannya diantaranya, observasi ini cocok digunakan untuk mengetahui sikap objek yang diamati yang tidak bisa dilakukan dengan tes yang lain. Sedangkan kekurangannya, hal yang berkenaan dengan pribadi seseorang sulit diamati, atau juga ketika melakukan observasi, suasana objek pengamatan menjadi sedikit tegang sehingga berpengaruh pada jawaban objek evaluasi.
Kerangka observasi dibagi ke dalam 2 yaitu yang berstruktur atau tidak berstruktur. Berstruktur artinya berdasarkan kerangka langkah kerja artinya dibatasi dengan tujuan yang telah ditentukan yang dituangkan dalam kisi-kisi observasi yang jelas dan tegas baik secara isi atau keluasan materi yang dijadikan bahan pengamatan, sehingga observer tidak boleh mengamati hal lain kecuali apa yang ditentukan berdasarkan tujuan tersebut. Yang tidak berstruktur, pengamatan ini tidak berdasarkan kerangka kerja. Artinya tujuan menjadi satu-satunya batasan dalam proses pengamatan, karena tidak dibatasi isi dan keluasan materi yang diamati. Sehingga banyak aspek yang secara spontan dapat dimasukkan dalam proses pengamatan, namun tetap berdasarkan tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan  teknik pelaksanaannya observasi dibagi ke dalam 3 jenis yaitu, observasi langsung, tidak langsung dan partisipasi. Observasi langsung yaitu ketika proses pengamatan berlangsung observer atau pengamat berada di tempat observasi, dan mengamati secara langsung. Observasi tidak langsung, pengamatan yang dilakukan dengan alat bantuan atau perantara lain misalnya dengan cctv, atau pun dengan teknik lain. Sedangkan, observasi partisipasi artinya pengamat atau observer terlibat secara aktif dalam situasi objek yang diamati.
2.      Wawancara (interview)
Wawancara yaitu suatu teknik untuk mengumpulkan data atau informasi dengan cara berkomunikasi dengan sumbernya. Baik secara langsung bertatap muka, ataupun dengan bantuan alat komunikasi lain.
Jenis wawancara terbagi ke dalam dua jenis, yaitu: berstruktur (terpimpin) dan tidak berstruktur (tidak terpimpin). Wawancara berstruktur yaitu melakukan kegiatan tanya jawab berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan yang dihimpun dalam panduan wawancara. Responden (orang yang diwawancara) hanya tinggal menjawab berdasarkan pilihan yang telah disediakan, misalnya ya atau tidak.
Wawancara tidak berstruktur atau wawancara bebas yaitu responden dapat menjawab pertanyaan berdasarkan pendapatnya sendiri tanpa dibatasi batasan-batasan yang ditentukan oleh evaluator.
Tujuan wawancara ini memperoleh informasi secara langsung agar dapat melengkapi suatu penyelidikan ilmiah sehingga memperoleh suatu data. Selain itu, untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
Kelebihan dari teknik wawancara ini, evaluator dapat dengan lugas menanyakan suatu pertanyaan, dapat melihat sikap non verbal seperti apakah responden senang atau tidak suka. Selain itu, dalam wawancara dapat ditanyakan hal yang rumit juga mendetail. Apabila responden susah memahami pertanyaan dapat dijelaskan secara langsung oleh pewawancara. Sedangkan kelemahannya, dapat terjadi kesalahan melalui salah penafsiran dari jawaban yang diberikan oleh responden. Kelancaran wawancara bergantung pada kepandaian pewawancara.
3.      Angket (questionnare)
Angket berisi daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden) yang bertujuan untuk  memperoleh  data  mengenai  latar belakang  peserta  didik sebagai  salah satu bahan dalam menganalisis  tingkah laku dan proses belajar mereka, baik berupa kesulitan-kesulitan dalam belajar ataupun faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa.
Jenis angket ini terbagi ke dalam 3 jenis, yaitu:
        Tertutup,  kuesioner  yang alternative  jawaban  sudah ditentukan  terlebih dahulu. Responden hanya memilih diantara alternative yang telah disediakan.
         Terbuka, kuesioner ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan pandangan dan kemampuannya. Tanpa disediakan alternatif jawaban.
        Tertutup dan terbuka, kuesioner ini merupakan gabungan dari kedua jenis yang telah dijelaskan.  Dalam bentuk  ini, selain disediakan alternatif jawaban, juga diberi ruang untuk dapat menuliskan jawaban sesuai dengan pendapat responden,    apabila alternatif yang disediakan tidak mewakili keadaan yang bersangkutan.
Isi pertanyaan dalam angket meliputi 4 aspek, yaitu :
        Pertanyaan  fakta adalah kuesioner yang berisi pertanyaan  yang menanyakan  tentang keadaan yang sebenarnya, misalnya jumlah siswa dll.
        Pertanyaan  perilaku  adalah  kuesioner berupa pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui tingkah  laku  seorang siswa dalam kegiatan di sekolah baik dalam proses belajar mengajar, juga interaksi dengan komponen-komponen sekolah.
        Pertanyaan    informasi   adalah   apabila   melalui   instrument   itu   guru   ingin mengungkapkan berbagai informasi.
        Pendapat dan sikap adalah kuesioner yang berkaitan dengan perasaan atau nilai-nilai  yang berhubungan  dengan  objek  yang dinilai.
4.      Pemeriksaan dokumen (documentary analysis)
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa  menguji  (teknik  non-tes)  juga  dapat  dilengkapi  atau  diperkaya  dengan  cara melakukan  pemeriksaan  terhadap  dokumen-dokumen,  misalnya:  dokumen  yang berisi informasi  mengenai  riwayat  hidup  (auto biografi). Selain  itu  juga  dokumen  yang  memuat  informasi  tentang  orang  tua peserta  didik, dokumen  yang memuat tentang lingkungan non-sosial yang dapat berpengaruh dalam kemajuan proses pembelajaran peserta didik.
5.      Studi kasus (case study)
Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus menerus untuk melihat perkembangannya. Misalnya peserta didik yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar.
Studi kasus sering digunakan  dalam evaluasi,  bimbingan,  dan penelitian.  Studi ini menyangkut  penggunaan  data  yang  komprehensif  tentang  peserta  didik sebagai  suatu  dasar  untuk melakukan  diagnosis  dan mengartikan  tingkah  laku peserta didik tersebut. Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah  satu  alat  yang  digunakan  yaitu  melakukan  wawancara secara mendalam. Jenis data yang diperlukan antara lain, latar belakang kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan  dan kebutuhan,  perkembangan  kesehatan,  dan sebagainya.
Teknik studi kasus ini mempunyai kelebihan dapat mempelajari seseorang secara mendalam dan komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui selengkap-lengkapnya. Sedangkan kelemahannya  adalah hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan,  melainkan  hanya berlaku untuk peserta didik itu saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar